Keshalihan Anak
KESHALIHAN ANAK[1]
Anak shalih adalah dambaan setiap orang tua. Duhai, betapa besar kenikmatan dan anugerah tersebut. Bagaimana tidak? Karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menyejukkan pandangan orang tua dengan keturunan yang shalih, yang takut kepada Allâh dan selalu mendirikan shalat.
Anak yang shalih adalah bunga kehidupan sekaligus kebahagiaan. Dan hal pertama yang diperlukan untuk mewujudkan keshalihan anak adalah doa-doa ikhlas yang kita panjatkan kepada Allâh Azza wa Jalla. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang al-Khalil Ibrahim Alaihissallam :
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Rabbku! Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat! Wahai Rabb kami! Perkenankanlah doaku. [Ibrahim/ 14: 40]
Dan Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Zakariya Alaihissallam :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Ya Rabbi! Berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. [Ali Imrân/3:38]
Panjatkanlah untaian doa seperti yang dipanjatkan para hamba pilihan:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Rabb kami! Anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Al-Furqân/ 25: 74]
Tak mungkin anak-anak bisa menjadi shalih kecuali dengan taufiq dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Sungguh, betapa anak-anak kita sangat membutuhkan doa kita sebagai orang tua. Mohonlah agar mereka dijadikan anak yang shalih! Berdoalah kepada Allâh Azza wa Jalla agar anak-anak kita dianugerahi kebaikan dan keistiqamahan.
Dan perlu diingat juga, bahwa terbentuknya anak shalih, disamping dengan banyak berdoa juga diawali dengan qudwah (contoh) yang baik, teladan yang baik dari bapak dan ibu. Bila anak melihat bapak ibunya sosok yang bertakwa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , maka anak pun akan takwa kepada Allâh Azza wa Jalla . Bila orang tua tekun mendirikan shalat, maka anak pun akan tekun shalat. Mereka akan terpola menjadi orang pilihan dan shalih.
Maka teladan yang baik, merupakan obor penerang bagi anak keturunan kita. Teladan adalah cahaya yang menerangi hati sang anak.
Hal lain yang diperlukan untuk keshalihan anak adalah bimbingan dan arahan untuk mereka dengan kata-kata yang membekas di hati. Lihatlah bagimana Luqman memperlakukan anaknya:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allâh, sesungguhnya mempersekutukan (Allâh) adalah benar-benar kezaliman yang besar. [Luqmân/31:13]
Lihatlah bagaimana Luqman mengambil hati sang buah hati agar selalu tertambat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Ia mengajarkan tauhid dan ibadah hanya kepada-Nya. Maka kitapun harus meraih hati mereka agar mau bersimpuh kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Bimbinglah mereka dengan nasihat yang menggiring mereka untuk mencintai Allâh dan Rasul-Nya. Sungguh, betapa dahsyat kekuatan nasihat dari seorang ayah dan ibu. Nasihat orang tua akan teringat sepanjang hayat.
Hal yang sangat penting adalah memerintahkan mereka untuk shalat; tiang agama ini. Dengan begitu, mereka pun akan tumbuh dengan baik.
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. [Al-Ankabût/ 29: 45]
Lihatlah Nabi Ibrahim Alaihissallam. Beliau mengerti akan keagungan shalat. Maka beliau berdoa:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Rabbi! Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Wahai Rabb kami! Perkenankanlah doaku. [Al-Ankabût/ 14: 40]
Allâh akan meminta pertanggungjawabanmu kelak di hari kiamat. Sang anak pun akan menuntut orang tuanya kelak di akhirat dengan mengatakan, “ Ya Rabbi, ia tidak menyuruhku untuk shalat!”, “ Ya Rabbi, ia membiarkanku tidur begitu saja!” Na’udzu billah.
Akhlak dan adab yang mulia pun sangat lekat dengan ciri anak yang shalih. Memerintahkan anak untuk berakhlak dan beradab mulia akan membuat mereka terbiasa untuk melakukannya dan akan membimbing mereka menuju kebahagiaan.
Ajarilah mereka untuk menebarkan salam, suka memberi orang yang kekurangan, bersilaturahim; mengunjungi sanak famili, dan akhlak mulia lain yang diajarkan Islam. Niscaya kita pun akan ikut mendapatkan pahala dan kebaikan dunia dan akhirat.
Anak yang shalih akan menyejukkan mata kita, baik saat kita masih hidup maupun setelah kematian. Ia tumbuh menjadi sosok yang suka menasihati dengan kebaikan, dan suka kebaikan. Ia akan taat kepada orang tua dan akan menunjukkan baktinya, meski orang tua telah renta. Saat orang tua telah berada di alam kubur, doa anak pun masih menemani kesendiriannya. Melalui doa ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan nikmat-Nya. Di akhirat kelak pun, keshalihan anak akan menjadi tameng dari ganasnya api neraka. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنِ ابْتُليَ مِنْ هذِهِ البَنَاتِ بِشَيءٍ فَأحْسَنَ إلَيْهِنَّ ، كُنَّ لَهُ سِتراً مِنَ النَّارِ
Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan, lalu ia berbuat baik kepadanya, maka mereka ini akan menjadi tameng penghalang baginya dari api neraka. [Muttafaq alaih]
Ya Allâh, jadikanlah keturunan kami keturunan yang shalih. Jadikanlah segenap kaum Muslimin generasi yang shalih, terutama para muda dan mudi. Berilah taufik kepada mereka sehingga menjadi hamba-hamba yang bertakwa dan berjalan di atas petunjuk.
Bila Allâh telah memberi amanah keturunan kepada kita, maka ketahuilah bahwa kewajiban kita cukup berat untuk menuntun mereka menuju kebahagiaan dan ridha Ilahi. Maka perlu kita perhatikan hal-hal berikut ini:
- Panjatkanlah syukur kepada Allâh, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan. Nikmat ini adalah nikmat yang agung, namun tidak sedikit manusia yang tidak mensyukurinya, ataupun salah dalam mensikapinya.
- Tanamkan dalam diri kita bahwa ada tanggung jawab besar yang kita pikul. Mereka ini tidak lain adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allâh. Pada hari Kiamat, mereka akan mendebat orang tua atas kesalahan mereka dalam mendidik. Maka, mereka bisa saja mengantar kita menuju surga, ataupun menggiring menuju neraka. Maka mintalah kepada Allâh agar kebaikan senantiasa menyertai mereka, dan mintalah perlindungan dari keburukan mereka. Karena mereka ini adalah ujian. Berdoa lah kepada Allâh agar Dia menopangmu dalam memberikan kebaikan kepada mereka.
- Berlakulah adil terhadap mereka. Perlakukan mereka dengan proporsional, baik lelaki maupun perempuan. Bertakwalah kepada Allâh dalam memperlakukan mereka. Bila kita berlaku adil, maka kita pun akan menempati mimbar-mimbar cahaya di surga, di sebelah kanan dari Allâh Ar-Rahman; di hari di mana para nabi dan shiddiqun pun menginginkannya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allâh berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, di kanan Allâh Ar-Rahman, dan dua tangan-Nya adalah kanan: yaitu orang-orang yang berbuat adil dalam keputusan mereka, juga terhadap keluarga dan yang ada di bawah kuasanya. [HR. Muslim]
Ingatlah!, bahwa berbuat zalim kepada anak, akan mengakibatkan rasa dengki dan permusuhan. Ikatan kasih sesama mereka pun akan luntur dan tercabik-cabik. Kaum salafus shalih pun berlaku adil terhadap anak-anak mereka. Sampai-sampai kalau salah seorang dari mereka mencium seorang anak lelakinya, iapun juga akan mencium anak perempuannya. Ia takut kalau-kalau telah melebihkan salah seorang dari mereka dan mengacuhkan lainnya.
- Menjaga agar anak tidak mengganggu kaum Muslimin, terutama agar tidak mengganggu di rumah-rumah Allâh. Bila mengajak anak ke masjid, hendaknya agar mereka selalu berada dekat dan dalam pengawasan kita. Arahkan dan bimbing mereka, agar tidak mengganggu kekhusyukan kaum Muslimin. Kita takut, kalau-kalau itu menyebabkan cacian orang kepada anak kita. Celakanya lagi bila ada yang mendoakan buruk terhadap mereka, dikarenakan tingkah dan ulah mereka. Juga jangan sampai kita memperturutkan perasaan kita dalam memenuhi semua yang menjadi permintaannya. Terutama dalam hal-hal yang bisa mengundang bahaya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Semoga Allâh menganugerahkan kepada kita anak-anak yang shalih, yang akan tumbuh menjadi generasi penerus yang senantiasa berjuang untuk Islam dan Muslimin.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XXI/1439H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Diangkat dari khutbah Syaikh Muhammad al-Mukhtar Asy-Syinqithi.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/49226-keshalihan-anak-2.html